Okedaily.com, Sumenep – Pasca hari jadi Kabupaten Sumenep yang digelar pada hari Minggu 31 Oktober 2021 kemarin, terlihat euforia sejumlah elemen pejabat dan masyarakat dengan meng-upload ucapan selamat di Instastory, WhatsApp, dan Facebook.
Namun, selang satu hari dari perayaan itu, terlihat puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Wiraraja Sumenep, Madura, Jawa Timur, melakukan demontrasi tentang evaluasi kinerja Pemerintah Kabupaten Sumenep. Senin, (01/11).
Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan dengan copot baju di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jl. dr. Cipto, Kecamatan Kota Sumenep.
Korlap Aksi, Yusril Adian mengatakan, bahwa aksi buka baju tersebut merupakan wujud manifestasi dari Kabupaten Sumenep sebagai pemerintah daerah yang melucuti identitasnya sendiri.
“Aksi buka baju Ini sebagai bentuk kekecewaan, dan Sumenep telah melucuti indentitas diri sendiri, ” ujarnya.
Selanjutnya, Mahasiswa yang menduduki Semester VII itu, mengatakan bahwa sebelum melakukan aksi tersebut, pihaknya sudah melakukan kajian dan diskusi. Menurut dia, isu yang diusung dalam aksi tersebut terkait dengan pengangguran dan kemiskinan.
Baca Juga : Kades Paliat Bangun Balai Baru Gunakan Dana Desa, Mendes PDTT: Tidak Boleh
Baca Juga : Kopri Sumenep Turun ke Jalan, Nur Waida : Aksi Bisu Seperti Bisunya Sang Penguasa
Baca Juga : DPMD Penuhi Panggilan Polres Sumenep Atas Laporan Eks Panitia Pilkades Sapeken
“Angka kemiskinan di Tahun 2020 itu sangat meningkat, dan begitu pula dengan pengangguran,” katanya.
Menurutnya, angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep pada tahun 2020 kurang lebih mencapai angka 220 ribu jiwa.
“Sementara kalau untuk tahun sekarang kami masih belum mengetahui,” katanya.
Tidak hanya itu, berdasarkan hasil kajian Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, menjadi tolak ukur Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sumenep, karena dinilai tidak berhasil dalam tujuan – tujuannya dan tidak berhasil dalam implementasi kebijakan.
Selain itu, Yusril juga menyinggung persoalan banjir di depan halaman Pemkab Sumenep, sebab kata dia, pihaknya kerap kali melihat genangan air. Sehingga, hal itu membuat dirinya mengingatkan ulang agar pemerintah segera menangani.
“Apalagi sekarang tanah di barat terminal sudah dibangun hotel, padahal itu salah satu tanah serapan di Kabupaten Sumenep,” jelasnya.
Mahasiswa FISIP itu juga mengatakan, meski koleganya tidak ditemui oleh Pemkab Sumenep, pihaknya akan tetap menunggu, bahkan dia juga menegaskan akan kembali lagi di hari berikutnya dengan membawa massa yang lebih besar.
“Ini sebagai tanda ilusi Sumenep Melayani, menjadi Sumenep kehilangan identitasnya, kita akan kembali untuk mengembalikan itu,” lanjutnya.
Baca Juga : Tepat Hari Sumpah Pemuda Gedung DPRD Sumenep Disegel
Baca Juga : Bangunan dari Gedek Bambu Itu, Polindes Sabuntan
Baca Juga : PNS Nakal SMPN 2 Ra’as, Sebelumnya Sudah Pernah Dilaporkan?
Kendati begitu, karena tak kunjung direspon dan ditemui oleh pemerintah Kabupaten Sumenep, atas komando orator aksi tersebut sejumlah mahasiswa merubah haluan menjadi aksi meludahi bersama-sama ke halaman Pemkab Sumenep.
“Kami kecewa terhadap Pemkab Sumenep, Kami Kecewa Terhadap Respon Kepolisian, sebagai bentuk kekecewaan kita mari kita ludahi Pemkab Sumenep,” pungkas sang orator.