OKEDAILY, BALI – Pulau Bali menjadi tempat sekian acara Internasional, termasuk pertemuan-pertemuan tokoh agama. Salah satunya Konferensi Islam Asean ke-2, tepatnya di Hotel Hilton Resort Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, pada 21-23 Desember 2022.
Mengapa Bali menjadi pilihannya? Padahal Bali berpenduduk mayoritas Hindu, sedangkan acara Konferensi Islam Asean ini pesertanya adalah Muslim dari 10 Negara Asean dan Arab Saudi.
Ketua PWNU Provinsi Bali, KH. Abdul Azis yang juga sebagai peserta pada acara tersebut menjelaskan bahwa Bali memiliki toleransi yang tinggi dan keterbukaan bagi agama apapun, termasuk Islam.
“Bali sangat tepat untuk acara ini. Forum ini dari peserta Agama Islam, sedangkan Bali mayoritas penduduk Hindu. Jadi ini menunjukkan ke dunia toleransi sangat tinggi,” ujar Kiai Aziz, Jumat (23/12/2022) saat ditemui di acara Konferensi Islam Asean 2022.
Lebih lanjut terangnya, sebagai orang yang tinggal di Bali, merasakan langsung bagaimana kebersamaan antar umat beragama terjalin begitu harmonis. Bahkan Muslim dan Hindu saling bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan yang menunjang keagamaan masing-masing.

“Ketika kami (Muslim) ada kegiatan keagamaan, Pecalang (keamanan adat hindu, red) ikut membantu mengamankan dan mengatur lalu lintas. Begitupun sebaliknya, ketika saudara-saudara Hindu ada kegiatan dan melibatkan kami, Banser ikut membantu,” katanya.
“Sehingga tidak heran, kita tidak merasa asing ketika berada di daerah yang mayoritas non muslim,” imbuh Kiai Azis.
ASEAN Countries Conference in Indonesia 2022 terselenggara atas kerja sama Kementerian Agama RI dengan Kementerian Urusan Islam, Dakwah, dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi.
Diikuti 140 peserta dari negara-negara ASEAN dengan menghadirkan narasumber para pimpinan ormas Islam, tokoh agama, dan akademisi dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Myanmar, Vietnam, Timor Leste, dan Arab Saudi.