OKEDAILY, JABAR – Pasca terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu, 17 Juli 2022 lalu, Kiai Jabidin gencar melakukan silaturrohim dan konsolidasi.
Hal itu dilakukan Kiai Jabidin dengan berkunjung ke para kiai, ustadz, dan tokoh masyarakat guna minta masukan atau saran dalam menyusun pengurus yang nantinya akan diplenokan oleh tim formatur, Sabtu (20/8/2022).
Silaturrahim pertama, Kiai Jabidin berkunjung ke Pengasuh Pondok Pesantren Apik Kaliwungu, KH. Mohammad Sholahuddin Khumaedillah Irfan. Dalam kunjungannya, Kiai Jabidin diberi saran untuk membentuk pengurus dari orang yang berpengalaman.
“Pertama calon pengurus punya pengalaman jadi pengurus anak ranting, ranting dan mantan pengurus banom NU dibutuhkan sebagai jenjang karir organisasi. Kedua, calon pengurus berlatar belakang profesional. Dan ketiga calon pengurus yang memiliki pengalaman pernah menjadi pengurus mushola dan masjid, mengelola pendidikan formal maupun informal,” terang Kiai Jabidin saat di wawancara.
Selain itu saran yang diberikan yaitu, “Dalam berkhidmah kepada Nahdlatul Ulama harus ikhlas dan tulus semata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, Insya Allah keberkahan, manfaatnya akan kita rasakan kelak dikemudian hari,” imbuhnya.
Setelah silaturrahim ke Pondok Pesantren Apik Kaliwungu, acara dilanjut dengan ziarah kubur ke makbaroh KH. Dimyati Rois Kaliwungu, dan bertepatan dengan tahlil 40 hari kewafatannya.
Menurut Kiai Jabidin, ziarah tidak hanya mendatangkan keberkahan, juga mengingatkan kita pada kematian.
“Berziarah ke makam para ulama dan wali-wali Allah disamping akan mendatangkan keberkahan bagi para peziarah juga menyadarkan mereka akan kealiman dan kesolehan orang yang berada di dalam kubur,” terangnya.
“Berziarah dan berdoa di makam kekasih Allah, kita jadi ingat bahwa kita akan mati,” imbuhnya.
Ziarah ini, lanjutnya Kiai Jabidin, juga untuk silaturrahim pada para ulama yang sudah wafat sebagai wujud terima kasih atas perjuangan mereka yang menyiarkan Islam. “Kalau tidak ada perjuangan mereka, mungkin kita tidak menjadi muslim,” pungkasnya.