OKEDAILY, JAKARTA – Keluarga alumni himpunan mahasiswa islam atau yang di singkat KAHMI, dinilai dapat mengganggu eksistensi dan independensi juniornya apabila mengintervensi HMI dari dalam maupun dari luar.
“Saya lebih sepakat kalau HMI di jadikan perkumpulan silahturahmi para senior-senior yang sudah purna ber-HMI,” kata Novan Ermawan, Jumat (18/11).
Novan Ermawan, merupakan salah satu peserta Advance Training LK III Tingkat Nasional Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badko Jabodetabek-Banten.
Baca Juga : Silaturahim Pagar Nusa Bali Bersama Gerindra Bali : Kami Siap Bersinergi untuk Kemajuan Bali
Dalam keterangan pers rilis menjelaskan, dia tidak sepakat kalau KAHMI dijadikan alat politik oleh senior-senior yang mempunyai kepentingan. “Lebih baik KAHMI dibubarkan,” celetuk Novan.
“Seharusnya KAHMI garda terdepan untuk membantu para kader HMI dalam perkaderan,” ungkapnya.
Konflik internal HMI sampai terjadinya dualisme kepemimpinan, Novan beranggapan semua itu tak lepas intervensi dari KAHMI. “Maka sudah sewajarnya KAHMI ini dibubarkan saja,” tegasnya.
Baca Juga : Belanja Jasa Tenaga Kebersihan Pemkab Probolinggo TA 2021 Tidak Sesuai Ketentuan?
Ia juga menyampaikan, bahwa menjadi kader HMI harus memiliki identitas keislaman dan keindonesiaan agar jiwa kepemimpinannya ada dan terbentuk.
“Kepemimpinan harus memiliki unsur visioner, progresif, menginspirasi, berfikir terbuka, kemampuan beradaptasi dan punya pendirian agar tidak mudah untuk digiring oleh senior,” jelas Novan.
Lebih lanjut Novan memaparkan, bahwasannya masyarakat madani harus bersifat toleransi, integritas, penopang dan setia memiliki jiwa kepercayaan.
Baca Juga : Arogansi Kepala DPMPTSP Kabupaten Sumenep Memalukan, Tidak Faham Aturan?
“Jadi lahirnya masyarakat madani ketika seorang pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan tersebut agar menciptakan masyarakat madani, dan tentunya kader HMI dapat melakukannya karena kita dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin,” tutup Novan.
Menurut ahli sejarah James MacGregor Burns, transformasional leadership adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengidentifikasi perubahan yang diperlukan, menyusun visi yang membuka jalan bagi perubahan yang dibuat dan melaksanakan rencana yang diperlukan agar perubahan tersebut terjadi.