SUMENEP – Pandemi Covid-19 seringkali menjadi alasan penghambat ruang gerak maupun pelayanan publik tidak maksimal, bahkan ada beberapa yang ditutup.
Seperti dengan masih tutupnya Perpustakaan Daerah Sumenep hingga kini, dikeluhkan banyak mahasiswa serta siswa SMA Kota Keris yang biasa memanfaatkan keberadaannya.
Berada di bawah naungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumenep, telah lama Perpusda sepi dari pengunjung yang rata-rata adalah mahasiswa dan pelajar menengah atas.
Mahasiswa Dibuat Bingung Perpusda Sumenep Masih Tutup
Selama ini mahasiswa Sumenep baik yang berasal dari kepulauan maupun daratan, menjadikan Perpusda sebagai tempat mencari referensi bagi materi kuliah yang diambil.
Otomatis, dengan masih belum dibukanya pelayanan Perpusda Sumenep, disaat mulai bergulirnya kembali perkuliahan di beberapa kampus sejak bulan Maret ini, membuat bingung para mahasiswa yang biasa berkunjung.
“Beda mas, mencari materi kuliah di buku yang disediakan Perpusda dengan Googling (istilah untuk menggunakan mesin pencari Google di internet, red),” ungkap FJ, mahasiswa asal Kepulauan Sumenep yang biasa datang ke perpustakaan daerah. Kamis (17/3).
Sehingga, tutupnya Perpusda sampai sekarang dipertanyakan oleh FJ beserta rekan-rekannya yang lain. “Ada apa sebenernya kok masih tutup, padahal kami sangat butuh. Inilah kenapa literasi masih sangat rendah di Sumenep,” ujarnya sinis.
Internal Perpusda Keluhkan Kadis Minim Program
Sementara, pegawai yang kami konfirmasi menyampaikan jika keputusan buka tutupnya Perpusda Sumenep, berada di tangan Edy Sutrisno Kepala dinasnya. Ia juga mengeluhkan kinerja dari pimpinannya tersebut yang menurutnya miskin ide dan lamban.
“Semua ada di kadis kapan mau dibuka kapan mau ditutup. Memang kadis yang sekarang ini berbeda jauh dengan sebelumnya yang penuh kreasi dan inovasi,” beber salah satu pegawai Perpusda Sumenep, Kamis (17/3).
Lebih lanjut pegawai Perpusda Sumenep yang menolak disebutkan identitasnya menerangkan bahwa, Edy Sutrisno juga jarang berada di kantor. “Kemarin hari Selasa pagi pas bapak Sekda sidak kesini, pak Edy ga ada ditempat. Sering keluyuran ga tau kemana,” sesalnya.
Akui Keluar Kantor Saat Sidak Sekda Hingga Alasan Pandemi
Duduk menunggu selama 1 jam setelah mengisi buku tamu di resepsionis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumenep, Tiba-tiba Edy Sutrisno langsung menuju pintu untuk meninggalkan kantornya.
Kami pun tergopoh-gopoh mengejar Edy Sutrisno sampai ke depan meja resepsionis, untuk selanjutnya memperkenalkan diri serta meminta waktunya guna konfirmasi seputaran tutupnya Perpusda Sumenep dan dugaan kalau dirinya jarang berada di tempat.
Namun, sambutan serta jawaban yang diberikan Edy Sutrisno, jauh dari cerminan sikap seorang pejabat yang semestinya welcome dan terbuka terhadap konfirmasi yang dilakukan awak media.
“Iya ada apa?” sergahnya langsung selepas kami perkenalkan diri. Dilanjut dengan jawaban singkat bernada tinggi. “Iya, karena Pandemi!,” ketus Edy Sutrisno beralasan tentang tutupnya Perpusda Sumenep.
Kemudian, dengan pongahnya ia mengatakan, “saya punya kebijakan sendiri dong,” oceh Edy Sutrisno ketika dicecar pertanyaan, kenapa Pandemi dijadikan alasan disaat mahasiswa dan pelajar sudah melakukan pembelajaran tatap muka.
Lebih lanjut, Edy Sutrisno mengatakan, jika ia sedang berada di luar waktu Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep sidak ke Perpusda Sumenep. “Saya ada, cek saja ceklok saya. Memang saya sedang keluar kantor,” dalih dia.
Track Record Buruk Edy Sutrisno Ketika Pimpin Dinas Peternakan Sumenep
Diketahui, kinerja Edy Sutrisno saat jabat Kadis Peternakan dan Ketahanan Pangan Sumenep, bisa dikatakan buruk. Sebab, miliaran rupiah anggaran hibah tidak terserap selama dua tahun yakni 2018 dan 2019.
Dikutip dari TransMadura.com edisi Senin, 11 Maret 2019 silam. Anggota Komisi II DPRD Sumenep saat itu, Hosri Yuananto, sempat menyorot keras dan menganggap Edy Sutrisno sudah tidak bisa dipertahankan lagi sebagai Kadis Peternakan dan Ketahanan Pangan.
“Saya pernah bilang biasanya orang cerdas itu tidak jatuh pada lubang yang sama untuk yang ke dua kalinya, kalau 2018 tidak bisa mencairkan dan tahun ini juga tidak bisa mencairkan. Kalau sama saja jatuh di lubang yang sama, saya harap tahun ini tuntas ada prioritas,” kata Hosri.
Sehari berselang dari komentar anggota dewan komisi II itu, KH. A. Busyro Karim, yang menjadi bupati kala itu juga sempat menyindir Edy Sutrisno dalam acara Musrembang Kabupaten Sumenep. “Tindaklanjuti, mana Kadis Peternakan, jangan kaku,” sindir dia.
“Itu ada ketua komisi II, nanti malah dipertanyakan karena kaku banyak program yang tidak jalan,” tambah KH. Busyro Karim kepada Edy Sutrisno, yang berdiri di sebelah timurnya.
Hal tersebut pun mendapat respon dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumenep, Yayak Nurwahyudi, yang mengaku heran, sebab sudah dua tahun anggaran hibah yang sudah ada penerimanya itu tidak terealisasi.
“Seharusnya ada pola hubungan timbal balik, ketika data (penerima) ada, (harusnya) kemudian ada semangat dari Dinas (pengguna anggaran), untul membantu penataan adminitrasi (penerima),” tegas Yayak, dilansir TransMadura.com (27/3/2019).
Alasan pandemi yang dikemukakan oleh Edy Sutrisno mengenai Perpusda Sumenep yang masih tutup, tidak masuk akal. Dasar aturan ataupun surat edaran mana, yang mendasari keputusannya tersebut pun tidak dapat disampaikan.