SUMENEP – Masyarakat Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, hingga detik ini belum bisa dikatakan merata dalam menikmati harga minyak goreng nasional.
Para pedagang Pulau Sapudi yang memiliki dua kecamatan yakni, Gayam dan Nonggunong, masih menjual minyak goreng dengan harga yang melambung.
Menurut pengakuan Aini warga Kecamatan Gayam, mahalnya minyak goreng di Pulau Sapudi lantaran barang yang bersubsidi disinyalir sangat langka, sehingga para pedagang masih menjual dengan harga yang non-subsidi.
“Ini saja masih mahal mas, minyak gorengnya langka, adanya cuma seperti harga biasanya,” kata Aini yang berdomisili di Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi.
Kemudian, Aini juga menginginkan harga minyak goreng di Pulau Sapudi sama seperti didaratan, sehingga masyarakat dapat menikmati dengan harga murah.
“Apalagi minyak goreng ini kebutuhan sehari-hari di dapur mas, kalau harga nasional tidak sampai di kepulauan, sampai kapan kita seperti dianak tirikan,” ungkapnya sedih.
Pada saat awak media menghubungi salah satu pemilik toko grosir di Kecamatan Gayam, Fitra Muhammadi menyampaikan, bahwa kelangkaan minyak goreng bersubsidi di Pulau Sapudi disebabkan benyak pedagang yang tidak memiliki relasi, sehingga sebagian dari mereka hanya memasarkan sesuai harga yang didapatkan dari grosir.
“Banyak pedagang di Pulau Sapudi yang tidak memiliki relasi mas, makanya mahal harganya, mungkin hanya saya saja yang berani menjual harga nasional, tapi stoknya juga terbatas,” ujarnya.
Disinggung darimana dirinya mendapatkan pemasok minyak goreng subsidi, pria yang akrab disapa Dedi itu mengungkapkan dirinya mengambil dari relasi-relasinya yang ada di Kabupaten tetangga seperti Situbondo, Bondowoso dan lain sebagainya.
“Perputaran ekonomi rata-rata masyarakat Pulau Sapudi dari Situbondo mas, sebab setiap hari bisa 2-4 perahu yang berangkat per hari, ketimbang ke Sumenep,” lanjutnya.
Sejak awal kata Dedi, dirinya sudah berusaha mencari relasi pada distributor minyak goreng subsidi yang ada di Kabupaten Sumenep. Namun ia mengaku sangat susah untuk mendapatkan harga yang murah, sebab menurutnya, diduga banyak mafia yang bermain di harga.
“Kalau di Sumenep itu banyak mafianya mas, jika mau masuk ke distributor yang memiliki minyak bersubsidi biasanya di oper-oper, jadi ujung-ujungnya mahal juga harganya,” terang Dedi.
Oleh karenanya, pengusaha muda itu mencoba untuk mencari relasi sendiri di luar Kabupaten Sumenep.
Dedi mengaku selama ini dirinya sudah mendatangkan 300 karton minyak goreng untuk agenda pasar murah di Pulau Sapudi, sementara pekan yang akan datang dirinya menargetkan bisa mendatangkan 1000 karton.
“Disini (Pulau Sapudi, red) pemasarannya enak mas, jadi tidak susah, karena masih ada beberapa organisasi dan paguyuban yang berlomba-lomba berbuat kebaikan membantu masyarakat untuk gelar pasar murah minyak goreng,” jelas dia.
Beberapa organisasi di Pulau Sapudi yang dimaksud Dedi dalam membantu pemasaran minyak goreng bersubsidi adalah, Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Pancasila dan Paguyuban Nelayan.
“Mereka semuanya ngambil ke saya, mereknya pun bervariasi ada yang fortune dan ada yang elfira,” pungkasnya.
Sebatas informasi, pemerintah sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi untuk minyak goreng sejak 01 Februari 2022.
Untuk rincian harganya, minyak curah Rp 11.500 perliter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 perliter, dan minyak goreng kemasan Premium Rp 14.000 perliter.
Sementara harga minyak goreng di pasar dan toko di Pulau Sapudi Kabupaten Sumenep masih berkisaran Rp 18.500 sampai Rp 20.000 perliter.