OKEDAILY, JATIM – Dalam rangka menuju Internasional Women’s Day (IWD), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) gelar audensi bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Rabu (01/03).
Melalui Divisi Isu Keperempuanan BEM PTNU Jatim, menyampaikan hasil riset dan kajian kritis kepada Dinas DP3AK setempat. “Kami menyampaikan hasil riset kajian kritis mengenai kondisi perempuan secara umum di berbagai bidang,” kata Windi Wulandari.
Pasalnya, terdapat persoalan keperempuanan yang harus di tangani secara serius oleh dinas terkait. “Maulai dari soal tingginya angka kekerasan seksual, ekonomi, pendidikan serta partisipasi poltik dalam pembuatan kebijakan strategis di Jatim,” ucapnya.
Agenda tersebut diwakili oleh berbagai BEM Kampus yang tergabung dalam aliansi BEM PTNU Jatim, khusunya anggota divisi keperempuanan.
Dalam audiensi tersebut BEM PTNU Jatim menyampaikan hasil riset dan kajian mengenai kondisi umum perempuan di Jatim dari berbagai aspek.
Tingginya Angka Kekerasan Seksual
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yakni 2010-2020, jumlah kekerasan seksual di tanah air cenderung mengalami peningkatan beruntun, mulai dari 105.103 kasus di tahun 2010, hingga mencapai 299.991 pada tahun 2020, dengan rata-rata kenaikan 19,6 persen per tahun.
Adapun yang mengalami penurunan hanya terjadi pada tahun 2015 dan 2019, masing-masing sebanyak 10,7 persen dan 22,5 persen kasus.
Di tahun 2021, simfoni PPA mencatat korban kasus kekerasan seksual. Jumlah kasus sepanjang tahun itu yakni terdapat 5.376 orang laki-laki, dan perempuan sebasar 21.735 orang.
Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan pada tahun tersebut, didominasi oleh pemerkosaan dengan jumlah 597 kasus atau 25 persen. Kemudian disusul kasus incest (inses) dengan jumlah 433 kasus, dan kekerasan seksual mencapai 375 kasus.
Dari data tersebut, provinsi dengan jumlah desa dan kelurahan terbanyak yang memiliki kasus perkosaan adalah Jawa Timur.
Sementara di tahun 2022, catatan Kementerian P3A ialah terdapat 25.050 perempuan menjadi korban kekerasan seksual di Indonesia. Jumlah tersebut meningkat 15,2 persen dari tahun sebelumnya.
Bedasarkan data simfoni, total kasus kekerasan di sepanjang tahun 2022 adalah sejumlah 27.589 orang yang terdiri dari 4.634 korban lelaki dan 25.050 korban perempuan.
Tingginya angka kekerasan seksual di atas menunjukkan, bahwa dari tahun ke tahun perempuan selalu mendominasi korban kekerasan dan paling rentan. Sangat miris Jatim menempati posisi teratas dengan jumlah korban tertinggi di Indonesia, 2.136 orang. Posisi kedua dan ketiga, ditempati Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Kerentantanan Kemiskinan Pada Perempuan
Dari tahun ke tahun, indeks pembangunan gender (IPG) dan indeks pemberdayaan gender (IDG), secara umum terdapat indikasi ketidaksetaraan capaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan.
Padahal, hal ini sangat mempengaruhi peran tenaga kerja khususnya pada perempuan, baik dalam hal keberdayaan maupun dari sisi kerentanan ekonomi.
Berdasarkan publikasi profil angkatan kerja Jatim, pada tahun 2021 terdapat 29.960 rumah tangga dari total penduduk sekitar 40,016 juta jiwa, dengan klasifikasi adalah 20.291.592 laki-laki dan 20.374.104 merupakan perempuan.
Data tersebut masih menunjukkan, bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Dari 16,27 juta orang perempuan usia kerja di tahun 2021, perempuan yang masuk kedalam kelompok angkatan kerja mencapai 56,11 persen.
Sedangkan yang tidak masuk dalam angkatan kerja ialah sebanyak 43,89 persen, dengan klasifikai bekerja 53,25 persen. Kemudian yang mengurus rumah tangga sebesar 33,59 persen, sekolah 6,53 persen, melakukan kegiatan lainnya 3,77 persen, dan menganggur 2,68 persen dari jumlah total penduduk usia kerja.
Data tersebut memperlihatkan, bahwa masih terdapat hampir separuh atau 43,89 persen jumlah perempuan diusia kerja yang rentan terhadap kemiskinan, karena tidak tergolong sebagai angkatan kerja khususnya di provinsi Jawa Timur.
Pendidikan dan Partisipasi Perempuan Dalam Kebijakan Politik
Selain persoalan diatas, BEM PTNU Jatim juga mendiskusikan perihal kondisi umum statistik pemberdayaan perempuan di bidang pendidikan dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan politik. Karena hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi perempuan dalam berbagai aspek untuk menghilangkan marjinalisasi perempuan.
Audiensi kali ini disambut baik oleh Kepala Bidang Perempuan dan Kualitas Keluarga DP3AK Jatim, Ida Tri Wulandari. Dirinya menjelaskan berbagai macam rancangan program, serta langkah-langkah yang telah dilakukan dalam menanggulangi berbagai persoalan mengenai kondisi perempuan, sekaligus memberikan perspektif-perspektif baru.
“Diakhir sesi audiensi, kami mendapatkan berbagai macam catatan penting sekaligus berbagai macam rekomendasi khusunya bagi mahasiswa dalam berperan mengawal isu perempuan,” pungkas Windi.