OKEDAILY.COM – Para pemudik normalnya akan bergembira ketika akan pulang kampung ke tanah kelahiran setelah sekian tahun di tanah rantau. Berkumpul bersama keluarga dan mengenang masa-masa kecil di kampung halaman. Namun, sebagian pemudik akan dihadapkan pada kondisi yang cukup tidak mengenakkan saat diperjalanan macet, ramai, ombak, dan lain sebagainya.
Seperti halnya yang dirasakan warga Pulau Ra’as Sumenep. Setiap tahun ketika mudik lebaran dihadapkan pada dua persoalan yang sama, yakni susah mendapatkan Tiket Ferry dan berdesak-desakan ketika di Pelabuhan Jangkar, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo menuju Pulau Ra’as.
Sulit Mendapat Tiket Ferry
Dampak susahnya mendapat Tiket Ferry membuat pemudik menginap di pelabuhan sampai dua hingga empat hari, bagi yang memiliki ekonomi mapan bermalam di penginapan dekat pelabuhan. Padahal, untuk mudik saja kadang membawa bekal secukupnya, dengan ditambah pengeluaran biaya saat bermalam di pelabuhan tentu semakin memberatkan pemudik secara materi.
Pasalnya, sulitnya mendapatkan tiket disebabkan beberapa faktor : pertama,ada tiket yang diperjual belikan di luar loket yang telah ditentukan. Kedua, pemudik bersedia membeli tiket walau dengan harga dua hingga tiga kali lipat dari harga normal, sehingga membuat kebiasaan ini terus berlangsung. Berapa hari yang lalu, dua pelaku calo tiket online ferry tertangkap oleh pihak berwajib. Modusnya, pelaku membeli tiket online terlebih dahulu dengan memasukkan data, lalu dijual dengan harga berlipat-lipat.
Tahun ini, sempat muncul tiket online. Namun sepertinya tidak tersebar luas infonya. Entah apa hanya sebagian yang di online-kan dan sebagian offline, atau mungkin juga sebagian di online-kan dan sebagian lagi dimainkan oleh beberapa pihak yang memiliki akses sehingga tiket terjual dibalik layar, atau memang warga Ra’as yang banyak ketinggalan informasi. Padahal, jika sistem online berjalan baik begitu besar manfaatnya.
Permasalahan ketiga, menurut hemat penulis, tidak balance-nya pemudik dengan Kapal Ferry yang beroperasi di hari tersebut. Semisal, ferry mempu mengangkut pemudik 300, sedangkan pemudik yang ada 500-700 penumpang, sehingga banyak yang tidak terangkut dihari tersebut.
Hal ini disebabkan para pemudik hanya mengetahui info keberangkatan kapal, namun tidak bisa memastikan kapan dirinya bisa berangkat. Padahal, jika sistem online itu berjalan baik, pemudik menjadi tahu kapan dirinya dapat kebagian keberangkatan.
Over Kapasitas Penumpang
Selanjutnya persoalan over kapasitas penumpang saat di Kapal Ferry. Pembaca dapat melihat dengan terang benderang melalui foto yang telah penulis lampirkan. Hampir seluruh ruangan terisi full penumpang baik diruang tidur, ruang duduk, lorong kapal, dibawah tangga, bahkan sampai tempat kendaraan.
Namun ketika pihak kapal ditanya, jawabannya sederhana, mereka telah mendapat izin beroperasi dengan muatan lebih dari kapasitas normal. Namun yang menjadi pertanyaan, berapa “lebih” yang diberikan oleh pihak terkait?. Sedangkan kondisi yang kita lihat bersama, menurut penulis sesuatu yang tidak wajar dan membahayakan. Bayangkan, tidur dibawah tangga di sebelah pagar dari saking tidak menemukan ruang kosong selain di tempat tersebut.
Walaupun secara psikologis, hal semacam ini bukan hal yang mengagetkan bagi Warga Ra’as, melainkan hal biasa. Bahkan kami sudah terbiasa dengan hal yang lebih dari itu, yakni sebelum ada Kapal Ferry dengan menggunakan Perahu Kayu. Akan tetapi, ini bukan tentang kita pernah merasakan hal yang lebih pahit dari sekarang, melainkan tentang standarisasi perjalanan di laut sesuai peraturan yang ada atau tidak.
Pemerintah sejauh ini menurut penulis sudah cukup sangat responsif. Dibuktikan adanya program mudik gratis dan Kapal Ferry bantuan di luar Kapal Ferry yang beroperasi sesuai jadwal yang telah ada. Namun mungkin disebabkan warga Ra’as mudiknya di tanggal yang bersamaan, yakni dari tanggal 20-28 Ramadhan yang jumlahnya ribuan atau bahkan mungkin mencapai 10 ribuan lebih.
Arus Balik Ra’as-Jangkar : Minim Info Pembukaan Loket Tiket dan Berubah-Rubah
Lanjut kondisi Arus Balik dari Ra’as menuju Jangkar. Di Ra’as, yang penulis alami tidak mudah mendapat Tiket Ferry gratis. Dan yang kedua sistem yang rada mengganjal Tiket Ferry yang berbayar. Saya awali dari Tiket Ferry berbayar. Sejauh pengamatan penulis, tidak susah membeli atau mendapatkan Tiket Ferry asalkan mengetahui jadwal pembukaan loket tiket. Masalahnya memang, pembukaan tiket loket berubah-rubah di Kantor Pelabuhan Ferry di Ra’as. Kadang pagi, kadang siang, kadang malam. Sedangkan pemberitahuan jadwal sepertinya tidak terpampang atau menempel di sekitaran Kantor, akun berupa medsos sebagi penyebar info juga banyak tidak tahu atau bahkan memang mungkin tidak ada.
Satu-satunya cara agar update jadwal loket mencari info ke pelabuhan atau memiliki orang pihak kapal atau dishub yang memberi info. Kesimpulannya, untuk tiket perorangan tanpa kendaraan cukup mudah asal mengetahui jadwal buka pembelian tiket.
Uang Parkir Sepeda Motor untuk Siapa?
Selain itu juga ada hal mengganjal bagi saya, sistem pembelian tiket kendaraan. Penumpang harus mengantri dulu, setidaknya 1-2 hari sebelumnya dengan diberikan nomor urut. Dapat dan tidaknya tiket bergantung dari nomor antrian sepeda motor atau kendaraan lainnya.
Biar lebih jelas penulis gambarkan. Kouta kendaraan berupa roda dua berjumlah 35 unit. Dan setiap kendaraan wajib memarkir sepeda motornya 1-2 hari sebelum keberangkatan. Setiap kendaraan akan diberi nomor urut, dan kelebihannya setiap pemegang nomor urut dipastikan mendapat tiket. Bagi yang tidak memarkir kendaraannya, dipastikan tidak mendapat tiket kendaraan. Setiap kendaraan yang diparkir akan dikenakan biaya 25.000 rupiah perhari.
Pertanyaannya, pertama mengapa harus mengantri sepeda motor? kedua kemana larinya uang tersebut yang dibayarkan oleh pemilik kendaraan yang parkir? Perkiraan saja, jika dikalikan 35 sepeda motor senilai 875.000 rupiah. Maka apabila dikalikan 5 keberangkatan misalnya, sebesar 4.375.000 rupiah.
Tiket Ferry Gratis : Minim Info dan Membingungkan
Sekarang tentang tiket gratis atau kapal gratis dari program Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Harus diakui, bantuan tersebut sangat positif dan sangat bermanfaat. Namun hemat penulis, ada beberapa hal yang mesti menjadi evaluasi. Pertama, pendaftaran kapal gratis cukup membingungkan. Saya sendiri berusaha untuk mendapatkannya, bahkan tidak hanya berusaha mendapatkan tiket gratis, tiket berbayar pun juga saya berusaha untuk dapat. Tujuannya sederhana, mana yang lebih cepat dapat dan untuk mengetahui sistem yang ada.
Kembali ke persoalan pendaftaran yang membingungkan. Pertama, pasalnya, muncul pendaftaran tiket gratis melalui Kepala Desa atas perintah Pak Camat Ra’as. Kemudian, bergeraklah Desa dengan melakukan pendataan ke masyarakatnya yang akan berangkat.
Kala itu direncanakan tanggal 16, 18, 20 April. Namun sampai tanggal 15 malam pun tidak ada kepastian perihal tiket. Kepala Desa yang sudah kadung melakukan pendataan mulai gelisah, yang ujungnya rasa kecewa saat hari H yakni tanggal 16 April pagi, warga yang telah mendaftar tidak bisa berangkat. Beberapa Desa menuntut ke Pak Camat, Camat melakukan Koordinasi dengan pimpinan di atasnya, yang akhirnya menemukan solusi ada tambahan kapal khusus penumpang yang telah di data oleh Desa. Jadwalnya pada malam hari, sekitar pukul 00.00 dari awalnya pukul 21.00 info yang beredar.
Di waktu yang sama, justru pada tanggal 15 April malam sampai 16 April pagi Dishub (sepertinya Dishub Provinsi jika dilihat seragam petugasnya) membuka pendaftaran Kapal Ferry Gratis yang berangkat di tanggal 16 April pagi. Itu pun pendaftaran Tiket Ferry oleh Dishub minim info tersebar, tak sengaja saya lewat di salah satu tempat pembukaan pendaftaran tiket tersebut cukup ramai orang mengantri, ternyata pendaftaran Tiket Ferry Gratis untuk di pagi hari tanggal 16 April. Begitu pun ketika di Pagi hari sebelum keberangkatan, infonya ba’dah Shalat Subuh buka kembali pendaftaran.
Yang cukup miris Kapal Ferry bantuan namun berbayar di tanggal 15 April malam. Sangat sedikit penumpangnya. Entah penyebab utamanya karena info tidak tersebar, atau memang warga Ra’as kurang berkenan disebabkan Kapal Ferry yang cukup lambat. Ferry tersebut membutuhkan waktu perjalanan Ra’as tujuan Jangkar 8-10 jam dari perjalanan, padahal normal 4-5 jam perjalanan.
Masih seputar tiket gratis, tanggal 17 April Kantor tempat pendaftaran Tiket Gratis yang dihandle Dishub (sepertinya Dishub Jatim) banyak warga kecewa. Pasalnya, kouta tiket tinggal sedikit disebabkan banyak yang mendaftar online untuk keberangkatan tanggal 18 April. Dalam video yang tersebar, calon penumpang mempertanyakan kepada petugasnya, “sejak kapan pendaftaran tiket di buka?” Sayangnya video itu terpotong sebelum ada jawaban dari pihak petugas.
Catatan penulis terkait bantuan kapal gratis seharusnya info pendaftaran dan jam keberangkatan kapal agar lebih terbuka dan disosialisasikan agar masyarakat banyak mengetahui. Baik itu dengan info ke setiap Desa-Desa, atau cara lainnya seperti membuat pamflet atau banner di jalan-jalan atau ditempel, dan sebar di medsos.
Celukan Bawang Harapan Warga Ra’as
Waktu terus berjalan. Semoga tahun-tahun berikutnya semakin lebih baik. Sejauh ini menurut saya, bantuan program mudik gratis dan bantuan armada begitu sangat membantu. Tinggal memperbaiki sistem pembelian tiket yang transparan dan informasi-informasi lebih dimasifkan.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Bali telah ikut serta membantu melalui Pelabuhan Celukan Bawang-Buleleng, tentu tidak lepas sepertinya hasil Koordinasi Pemerintah Sumenep dan Pemprov Jatim kepada Pemerintah Provinsi Bali. Sesuatu yang sangat positif dan kami Warga Ra’as berharap terus berkesinambungan.
Penulis: Bang Wandy, Pemuda Pulau Raas.
Tulisan opini ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi media okedaily.com.
Kanal opini media okedaily.com terbuka untuk umum. Maksimal panjang naskah 4.000 karakter, atau sekitar 600 kata.
Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri anda dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Kirim ke alamat e-mail: opini@okedaily.com.