OKEDAILY, MADURA – Husky CNOOC Madura Limited yang lebih dikenal HCML sebagai salah satu perusahaan migas yang ikut bermain di wilayah administratif kabupaten di Pulau Madura. Keberadaannya dinilai belum mampu berikan feedback positif ke masyarakat.
HCML merupakan salah satu perusahaan migas yang termasuk dalam Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di bawah pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Di Kabupaten Sampang maupun Sumenep, HCML memulai kegiatan eksplorasi sejak tahun 2017 silam. Namun hingga kini kerap menuai penolakan dari masyarakat sekitar di daerah yang menjadi lokasi kegiatan operasionalnya berlangsung, terutama di Kota Keris.
Tercatat bukan hanya satu kali berbagai unsur masyarakat Bumi Arya Wiraraja melakukan aksi demonstrasi. Terakhir kali terjadi beberapa bulan lalu tepatnya pada Februari 2022 mahasiswa Pulau Raas yang tergabung dalam KMPR (Komite Mahasiswa Peduli Raas) menolak keberadaan Husky CNOOC Madura Limited.
Menyikapi berbagai macam penolakan tersebut, HCML diketahui juga melakukan sosialisasi serta jaring aspirasi masyarakat (Jasmas) yaitu di Pulau Gili Genting dan Pulau Gili Raja, Kabupaten Sumenep, pada 16 Juni 2022 dan di Balai Desa Pulau Mandangin, Kabupaten Sampang, pada 14 September 2022.
Sebagai perusahaan Migas tentunya HCML diwajibkan untuk dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terkena imbas kegiatan eksplorasinya, istilahnya harus memberikan Corporate Social Responsibility (CSR).
Baru-baru ini dalam Jatim Fair 2022 di Grand City Jalan Walikota Mustajab 1, Surabaya. Dapoer Haidar, salah satu UMKM di Pulau Mandangin yang merupakan binaan Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) HCML memamerkan sambal racikannya.
Hal tersebut kemudian mendapat tanggapan Faldy Aditya dari Aliansi Progresif Sumenep, yang belakangan kerap mensuarakan bermacam persoalan yang berkaitan dengan kebijakan dan pelayanan publik yang ada di Kota Keris.
“Tanpa maksud mengecilkan apa yang sudah dilakukan dan dicapai Dapoer Haidar sebagai UMKM binaan HCML di Sampang. Tapi kok lucu saja perusahaan Migas sebesar HCML baru mampu mengembangkan sambal,” ujar Faldy, Jum’at (14/10).
Apalagi, sambung Direktur Utama Rumah Karya Mediatama yang membawahi media Okedaily.com dan SuaraMadura.id tersebut, sampai sekarang Husky CNOOC Madura Limited atau HCML belum memberikan feedback positif ke masyarakat Kepulauan Sumenep.
“Di tengah disparitas Kepulauan Sumenep, kekayaan alam melimpah termasuk Migas yang dimiliki masih belum mampu memberi angin segar. Tidak terlihat manfaat kehadiran perusahaan Migas yang ada baik HCML ataupun KEI (Kangean Energy Indonesia),” tukasnya.
Kemudian Faldy membeberkan, HCML pernah beralibi pada saat audiensi dengan warga Pulau Sapudi bahwa perusahaan tersebut belum wajib memberikan CSR karena kegiatannya baru bersifat eksplorasi bukan eksploitasi.
Padahal, lanjut Faldy, ketika perusahaan sudah melakukan intervensi terhadap masyarakat lokal, sudah menjadi keharusan untuk memberikan kontribusi dikarenakan keberadaannya telah memberikan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif.
“Tetapi kita tetap harus berpikir positif jika nantinya HCML akan memberikan feedback yang signifikan dan maksimal,” tukas Faldy.
“Nantinya ya. Ya sekarang baru dimulai dengan sambal hasil produksi UMKM binaan HCML,” sindirnya.