Okedaily.com, Pasuruan – Kelompok tani di Desa Kersikan menghasilkan banyak jagung, terutama saat panen raya. Jagung dijual dalam bentuk dlam. Harga jagung segar biasanya lebih rendah daripada jagung olahan.
Dengan bantuan TIM PKM Universitas Yudharta Pasuruan yang dipimpin oleh Bapak Deny Utomo, kelompok ibu-ibu KWT Permata berinisiatif memanfaatkan jagung, terutama untuk mengatasi kelimpahan saat panen raya, untuk menghasilkan berbagai produk olahan.
Dinas pertanian kecamatan Gondang Wetan, yang bertindak sebagai pendamping desa, juga terlibat dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini berfokus pada proses pengolahan Jagung menjadi produk pangan olahan yang memiliki masa simpan panjang dan menekankan prinsip “Less Waste” dalam proses pengolahannya.
Pengolahan pangan berbasis “Less Waste” merupakan bagian dari upaya untuk meminimalisir limbah sebagai bagian akhir dalam proses pengolahan bahan pangan.
Seringkali, peningkatan pengolahan bahan pangan berbanding lurus dengan peningkatan limbah.
Dalam proses produksi makanan, limbah biasanya berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat dapat berasal dari sisa bahan yang digunakan selama proses, sedangkan limbah cair dapat berasal dari proses kebersihan dan sanitasi yang dilakukan selama proses.
Selanjutnya, untuk limbah gas dapat dipengaruhi oleh jenis bahan bakar yang digunakan selama proses pengolahan. Penggunaan kayu bakar berpotensi menghasilkan limbah berupa asap dalam intensitas yang lebih banyak dibandingkan dengan kompor gas.
Kelompok KWT Permata yang didampingi oleh tim PKM berinovasi mengolah tanaman Jagung menggunakan kompor gas sebagai sumber bahan bakar untuk meminimalisir limbah udara yang dihasilkan selama proses pengolahan.
Selain itu, upaya pengolahan kembali limbah Jagung dalam proses pengolahan merupakan bagian dari penerapan prinsip “Less Waste”.
Produk olahan Jagung yang dihasilkan oleh kelompok KWT Permata adalah Dodol Jagung, Tortilla chips, dan teh rambut Jagung. Produk dodol Jagung dikemas dengan klobot.
Pemanfaatan klobot Jagung menjadi bahan pengemas dodol bertujuan untuk meminimalisir limbah daun pembungkus tongkol Jagung.
Bagian jagung berupa biji, diolah menjadi dodol jagung dan Tortilla chips. Kemudian daun pembungkus tongkol (klobot) dikeringkan agar dapat digunakan sebagai bahan pembungkus.
Proses pengeringan klobot tersebut, dapat menggunakan oven bahan bakar gas maupun dengan cahaya matahari.
Bagian jagung lain, seperti rambut jagung, dibuat menjadi teh. Rambut jagung dikeringkan di bawah cahaya matahari atau di oven dengan bahan bakar gas hingga berwarna coklat, kemudian dimasukkan ke dalam kantong teh sehingga dapat dimakan sebagai teh celup.
Untuk mencapai skala pemasaran yang lebih luas, produk yang dibuat oleh KWT Permata dijual melalui marketplace dan platform media sosial seperti Instagram dan TikTok.
“kami berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pelopor proses produksi pangan ramah lingkungan, sehingga dapat meminimalisir limbah yang dihasilkan selama proses pengolahan.
Kemudian dengan adanya media digital, dapat meningkatkan pemahaman proses produksi ramah lingkungan sekaligus meningkatkan pemasaran produk olahan Jagung yang dihasilkan oleh KWT desa Kersikan serta dapat bersaing dalam skala pasaran yang lebih luas” ungkap harapan, salah satu anggota tim PKM.
Setelah kegiatan ini, kelompok KWT Permata berkomitmen menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang digunakan untuk meningkatkan budaya pengolahan pangan berbasis “less waste”.
Kemudian dari sisi produk, peserta berkomitmen untuk meningkatkan pemasaran produk olahan Jagung melalui media digital.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu kelompok KWT Permata dalam mengatasi kelimpahan Jagung sekaligus pengolahan limbah dengan prinsip “less waste”.
Secara luas, diharapkan sebagai media edukasi kepada masyarakat tentang proses pengolahan pangan inovatif yang ramah lingkungan.