SUMENEP – Mayoritas masyarakat di Desa Karduluk adalah pengrajin ukiran, dan hal itu sudah menjadi sebuah kebiasaan ataupun mata pencaharian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
Hasil kerajinan ukirannya sudah terkenal sejak masa kerajaan, karena Seni ukir Desa Karduluk punya hubungan dengan seni arsitektur yang ada di Keraton Sumenep,
Kini, seiring kemajuan teknologi tentunya berimbas dengan semakin berkembangnya peralatan yang digunakan membuat kerajinan ukiran, tak terkecuali bagi pengrajin Desa Karduluk.
Peralatan ukiran yang sangat manual yang digunakan selama ini, menjadi keluhan utama para pelaku seni ukiran di Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep.
Keterbatasan alat atau sarana yang sampai saat ini belum terselesaikan menjadi permasalahan dalam meningkatkan nilai kualitas hasil karya ukiran yang ada di Desa Karduluk Sumenep.
Seperti yang disampaikan Zainal Fatah pelaku seni ukir, Minggu (13/2). Dirinya mengungkapkan keluhan para pelaku ukiran di Desa Karduluk dengan keterbatasan alat ukiran yang manual dan seadanya.
“Dari saya memulai belajar mengukir, alat ukiran yang digunakan sampai saat ini tetap alat lama dan seadanya sehingga sangat lambat dalam menyelesaikan ukiran. Imbasnya sangat kecil pendapatan kepada kami masyarakat pelaku ukiran Desa Karduluk,” ujarnya.
Lebih lanjut, Zainal Fatah mengatakan, mirisnya kesejahteraan pelaku seni ukir Desa Karduluk akibat kesulitan dalam meningkatkan kualitas ukiran serta minimnya pendapatan karena alat dan sarana yang sangat terbatas.
“Upah yang kami dapatkan sangat kecil perharinya yaitu 30 ribu sampai 50 ribu perhari, yang kami dapatkan dari hasil bekerja. Ditambah lagi alat ukiran yang masih manual dan seadanya ini membuat kami kesulitan dalam meningkatkan kualitas hasil ukiran kami,” ungkap Zaen sapaan akrabnya.
Selanjutnya, Zainal Fatah berharap kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep agar dapat memberikan perhatian, khususnya dalam menyelesaikan masalah keterbatasan alat dan sarana ukiran.
“Saya berharap kepada Pemerintah Sumenep setidaknya memperhatikan kami para kuli ukiran dibawah yang sangat memerlukan bantuan dari pemerintah untuk mengatasi keterbatasan alat ukiran di Desa Karduluk ini.” pintanya.
Sementara, Amiruddin pelaku seni ukir Desa Karduluk lainnya mengamini Zen. Bahwasanya alat yang digunakan dalam membuat ukiran sangat sederhana dan terbilang kuno sehingga perlu adanya alat yang lebih modern.
“Alat mengukir yang kami gunakan sangat kuno hanya pahat sama tukul (palu, red). Begitu seadanya alat mengukir disini, kami kesulitan meningkatkan kualitas ukiran kami karena alat yang kami pakai sangat sederhana,” ucap Amir sapaan akrabnya.
Kemudian, Amir menyampaikan harapannya kepada Pemkab Sumenep adanya bantuan peralatan permebelan yang lebih modern dapat diberikan untuk menyelesaikan masalah keterbatasan alat ukir yang masih manual dan berharap juga pemerintah bisa melihat langsung keadaan para pelaku seni ukir di Desa Karduluk.
“Harapan kami kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep dapat tanggap dalam menyelesaikan persoalan keterbatasan alat ukiran ini, kami sebagai masyarakat sangat memerlukan perhatian dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas ukiran yang bagus. Sangat diperlukan sekali untuk pemerintah turun langsung ke Desa Karduluk melihat keadaan kami disini,” katanya penuh harap.