OKEDAILY.COM – Mengikuti perseteruan antara Fauzi Owner Mami Muda, terlapor perkara dugaan penggelapan versus Sunanto sebagai pelapor, dan H. Piu sebagai bagian penting yang kemudian dianggap “dalang” pelaporan Fauzi MM.
Menariknya perkara hukum litigasi ini, kemudian melebar keluar altar litigasi. Banyak anasir yang masuk, dan kemudian lebih tampak hiruk – pikuknya diluar proses hukum litigasinya.
Yang terlihat di atas panggung perseteruan itu justru saling tuding sebagai “Makelar Kasus” dan endingnya saling ancam dan presser lewat berbagai media.
Perkara diluar panggung proses hukum litigasi ini kemudian memaksa menyeret pihak-pihak lain yang sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan pokok perkara. Contohnya bagaimana kemudian PA dan Hakim juga ditarik-tarik ke dalam kubangan perseteruan tersebut.
Sebenarnya ini adalah perkara hukum biasa yang bisa dibuktikan secara hukum didepan APH, karena endingnya penyidik akan mencari alat bukti dan alasan hukum yang tepat untuk kemudian diputuskan, apakah perkara ini bisa dilanjutkan ke penyidikan apa tidak, dan jika tidak cukup bukti maka penyidik tak punya alasan untuk melanjutkan perkara ini.
Jika pun penyidik beranggapan bahwa sudah ada bukti yang cukup untuk dilanjutkan, masih ada Majelis Hakim untuk menilai siapa yang benar dan siapa yang tidak benar, dan siapa yang dapat membuktikan dan meyakinkan hakim tentang posisi masing-masing pihak.
Namun kemudian karena intrik yang dilakukan kedua belah pihak dan saling “sahut” di media, maka seakan-akan proses hukumnya menjadi tak tampak dan sedikit “terkontaminasi” dengan isu-isu dan informasi yang tak jelas.
Belakangan intens sekali Fauzi MM dan Kuasa Hukumnya melakukan “presser” di media cyber yang kemudian sesekali dijawab dengan tulisan yang sama di media online yang berbeda.
Saling “serang” ini kemudian, saya lihat menjadi pertunjukan menarik bagi kaum WA-state, dan netizen terus berharap “pertunjukan” ini berlangsung hingga ending terakhir, layaknya sinetron ada akhir yang menyenangkan bagi para penikmat.
Berbagai istilah sarkastis muncul dalam tulisan-tulisan di media partner para pihak, mulai dari istilah “Ayam Jago, Ayam Jantan, Ayam Hias” hingga istilah “Kentut” pun muncul.
Sesekali dijawab dengan tulisan bernuansa “ceramah” ala ustadz oleh pihak lain, seolah-olah mau memberikan pengajian bahwa menggunjing itu tidak baik, mengata-ngatain itu tidak baik sambil sesekali disisipi ayat dan hadist sebagai penguat argumennya, yang kadang menjadi lucu juga apa Fauzi MM dan kausa hukumnya dianggap santrinya?!… Entahlah.
Tapi saya dari awal bertanya-tanya, apa maksud intensitas presser lewat media pihak Fauzi MM dan kuasanya ke H. Piu? Begitu pun sebaliknya dari media partner H. Piu ke Fauzi MM?
Yang lebih menarik lagi, perseteruan ini menjadi melebar dan bagai circle berputar zig-zag. Tiba-tiba ada pernyataan kuasa hukum Sunanto sebagai pelapor Fauzi MM, bahwa tidak pernah membuat rilis, tidak pernah di wawancarai dan tidak melakukan konferensi pers. Bahkan seolah-olah “menuduh” H. Piu yang telah mengatur pemberitaan itu loh.
Netizen tambah intens untuk tetap stay tune di “frekwensi” perseteruan ini karena sekarang bagaikan cinta segitiga, tepatnya perseteruan segitiga :
1. Sunanto Vs Fauzi MM
2. Fauzi MM Vs H. Piu
3. H. Piu Vs Sunanto
Circle ini menjadi tak berujung dan sepertinya akan panjang dan melebar.
Kembali ke pertanyaan, kenapa Fauzi MM dan kuasanya intens melakukan presser di media lewat tulisan? Mungkinkah ia berharap H. Piu ciut nyali, kemudian minta maaf dan berharap membantu mencabut laporan dan damai?
Ah…. Apa iya H. Piu yang sudah malang melintang di dunia aktivisme kemudian rela menjadi ayam pedaging atau ayam petelur, apa lagi ayam sayur, dan kemudian menjustifikasi dan rela ditasbihkan sebagai Makelar kasus?
Entahlah itu terserah kepada mereka saya hanya mengamati dari laur gelanggang, istilahnya “Lana A’maluna Walakum A’malukum”.
Tapi kenapa justru tidak ada yang fokus menyorot proses hukumnya, sudah sampai dimana, atau apakah penyidik akan ikut jadi ayam hias? Entahlah…. mari kita terus ikuti dan saksikan bersama sambil sesekali ngerundel dan misuh-misuh sendiri, tapi jangan pakai jari.