Resensi Buku Layla & Majnun, Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur, Ditulis Oleh Nizami (2009).
Dikisahkan, Qays merupakan putra dari seorang Raja dermawan bernama Sayyid, ia sukses memimpin suku Banu Amir dengan makmur (Nizami, 2009).
Dalam riwayat lain, Qays dikenal sebagai pemuda yang pintar dan cerdas. Ketekunan dan antusiasnya terhadap belajar menjadikan dirinya sang idola. Ketampanannya semakin menampilkan karismatik-nya sebagai pemuda bangsawan yang cerdas.
Menurut Nizami, Qays anak paling unggul dalam pelajaran membaca dan menulis. Begitu ia berbicara, entah dalam bentuk debat atau percakapan biasa, bibirnya selalu melontarkan kalimat-kalimat bijak dan siapapun yang mendengarkan akan terkagum-kagum.
Pertemuan pertama Qays dan Layla di sebuah ruangan kelas belajar. Layla sebagai satu-satunya gadis yang baru bergabung, dengan spontan mengalihkan konsentrasi belajar Qays dan teman-temannya untuk menatap kecantikan parasnya.
“Rambutnya hitam legam, dan di balik rambutnya terpancar kecantikan yang sangat luar biasa. Matanya berwarna gelap, dalam dan bersinar bak mata rusa, dan hanya dengan satu kejapan bulu matanya, ia dapat meluluhkan dunia. Bibir mungilnya hanya terbuka untuk mengucapkan kata-kata manis. Kedua pipinya merah merona bak mawar merah bermekaran.”
Qays menyadari banyak teman-temanya tertarik terhadap Layla. Namun ia menganggap ketertarikan temannya terhadap Layla, tak sedalam dirinya.
Perjalanan kisah cinta yang menginspirasi antara Qays dan Layla, bak mawar yang penuh dengan keindahan. Keduanya adalah sang pengabadi cinta. Mata hati dan pikirannya mengikat kesadarannya, akan nyala api cintanya.
Dengan bait-bait sajak Majnun sampaikan, bibirku terhenti untuk ku katakan, betapa cinta ku padamu Layla. Tatapan matamu, manisnya parasmu memabukkan mata hati dan akal ku. “Tanpamu hidup ku hening, tanpamu hidup ku tak berarti. karena dengan mu mawar kebahagiaan ku gapai.”
Bagi Qays, Layla bak matahari yang merambat naik di langit hatinya dengan keindahan dan sinar yang tak ada bandingannya. Hari demi hari, cahaya yang dipancarkan Layla semakin terang, menerangi tak hanya dunia Qays, namun juga dunia mereka yang beruntung dapat berjumpa dengannya.
Ketika cinta bersemi di lubuk jiwa terdalam manusia, ruang dan waktu pun tak terhingga. Hal demikian yang dirasakan Qays saat kesadarannya pilu dari kehidupan. Di hati terdalamnya, hanya rasa rindu terhadap Layla.
Dari kisah cinta suci ini memberikan banyak pelajaran berharga bagaimana manusia harus mencintai, cinta karena Allah dan cinta karena hawa nafsu belaka. Jatuhkan hati kita sebagai insan pencinta untuk mendapatkan insan yang di cintai-Nya.
“Mantra cintaku, hanya untuk ku abadikan kepada insan yang terpilih untuk ku cintai”. Baginya sang pencinta, mantra sajak penuh makna mendalam. Majnun kata untuk sang pencinta sejati.
Penulis: Hainor Rahman
Mahasiswa Universitas Islam Malang
Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi media okedaily.com.
Kanal artikel media okedaily.com terbuka untuk umum. Maksimal panjang naskah 4.000 karakter, atau sekitar 600 kata.
Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri anda dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Kirim ke alamat e-mail: opini@okedaily.com.