Okedaily.com, Sumenep – Pada pertemuan klarifikasi pemberitaan mengenai dugaan pemalsuan dokumen kapal salah satu pemilik Purse Seine Kalimantan atas nama Mardiansyah, Akbar memberikan keterangan mengejutkan keterlibatan Rahman atau Mamang yang dikenal sebagai TKSK Sapeken, pada Rabu (13/10).
Bertempat di kediaman salah satu tokoh Masyarakat Sapeken dan dihadiri oleh sejumlah Nelayan Oncor, Akbar mengklarifikasi pemberitaan tentang dugaan pemalsuan dokumen Kapal Purse Seine yang sempat viral di sosial media, yang ternyata ada peran TKSK Sapeken.
Baca Juga : Pemilik Kapal Purse Seine Akan Polisikan Pelaku Pemalsuan Dokumen Asal Sapeken
Dalam pertemuan beragenda klarifikasi itu, Akbar menerangkan bahwa keterlibatannya dalam pengurusan dokumen kapal atas permohonan dari Rahman yang juga menjabat sebagai TKSK Sapeken, dan istrinya Aisyah, masih ada hubungan keluarga dengan pemilik Kapal Purse Sein atas nama Mardiansyah.
“Intinya, saya diundang ke rumah Pak Rahman (TKSK Sapeken, red) dengan maksud meminta saya membantu Mardiansyah untuk mengurusi KTP, Juga berkaitan dengan mencarikan rekanan guna mengurusi dokumen kapalnya yang saat itu sudah mati periode berlakunya,” terang Akbar.
Kemudian, terkait tuduhan permintaan uang dari sejumlah pihak diantaranya KNO, preman, dan pihak aparat keamanan. Akbar mengaku bahwa hal itu merupakan inisiatif Rahman sendiri.
“Pak Rahman yang bertanya, kalau pengurusan dokumen kapal sudah selesai siapa lagi yang harus diamankan, lalu saya hanya menjelaskan pihak pihaknya saja. Ternyata hal itu dipelintir bahwa saya yang menerima,” sesalnya.
Baca Juga : Sumenep Melayani Mengalokasikan 10M BLT, GARIS : Jangan Sampai Program Luar Biasa Ini Dirusak
Dalam pertemuan tesebut Akbar juga menyampaikan, bahwa Mardiansyah meminta untuk memanipulasi ukuran GT kapalnya sebagaimana yang pernah dia lakukan di Kepala kantor Kelas II Maccini Baji Kabupaten Tanah laut.
“Si Dian meminta saya melalui chat untuk kapalnya tidak dilakukan pengukuran karena ukuran kapal di dokumen tidak sama, dan dia menjelaskan bahwa biasanya dia membayar 1 juta untuk memanipulasi dokumen tersebut,” ungkapnya.
Kemudian, kata Akbar, Dian juga meminta dirinya menyogok Syahbandar untuk tidak melakukan pengukuran agar ukuran GT nya tetap sama dengan dokumen lama, namun tidak dilakukan mengingat dampaknya.
“Palsu dan tidaknya dokumen tersebut itu bukan urusan saya, karena saya hanya dimintai tolong untuk mengurusnya dan bukan sebagai pembuatnya,” sambung Akbar dalam pertemuan klarifikasi tersebut.
Samil salah satu Nelayan Oncor yang menghadiri pertemuan klarifikasi itu, memberikan pernyataannya setelah Akbar menjelaskan kronologi terkait dengan tuduhan yang menganggap dirinya sebagai terduga pemalsuan dokumen kapal.
Baca Juga : Lewat Batas Usia Menurut Permensos, TKSK Sapeken Harus Berhenti?
“Soal dugaan pemalsuan yang ditujukan pada Akbar, bukanlah hal yang benar, dari beberapa bukti dan keterangan yang disampaikan pada pertemuan klarifikasi dengan kami, bahwa atas nama Mardiansyah dengan uangnya berkeinginan menyogok untuk memanipulasi ukuran kapalnya yg lebih dari 30 GT”, ujarnya.
Kontan saja, klarifikasi yang diberikan oleh Akbar, mengundang reaksi dari Nelayan Oncor Desa Sapeken yang lain. Salah satunya Bendruk, menganggap meskinya kejadian ini menjadi kesempatan Kelompok Nelayan Oncor untuk menangkap Kapal Purse Seine Sinar Indah 07 kepunyaan Mardiansyah.
“Mestinya KNO (Kelompok Nelayan Oncor, red) dalam masalah ini dijadikan kesempatan untuk menangkap kapal Mardiansyah yang sampai saat ini masih beroperasi di perairan Sapeken,” tukas Bendruk.
Baca Juga : Soal Dugaan Bolos, Penjaga SDN 3 Pancor Tuding Kepala Sekolah Pilih Kasih
Beberapa nelayan oncor lainnya mendukung langkah hukum yang akan ditempuh Akbar dengan indikasi pencemaran nama baik. Juga menyayangkan respon KNO yang seolah-olah menutup mata karena sepengetahuan mereka Akbar adalah bagian dari kepengurusan KNO.
“Kami menyangkan mestinya masalah ini harus difasilitasi secara organisasi oleh KNO, mirisnya Akbar seorang diri melawan tuduhan-tuduhan tersebut, maka dari itu kami dari bagian Nelayan Oncor terpanggil untuk membantu makanya kami adakan pertemuan untuk mengklarifikasi masalah ini,” tegas Muse selaku anggota Nelayan Oncor.
Lebih lanjut, Nelayan Oncor menginginkan Akbar untuk membuka semua aliran dana yang masuk pada tubuh KNO seperti yang dituduhkan, mengingat persoalan antara Nelayan Oncor dengan Purse Seine yang tidak berujung.
Baca Juga : Dinas Pendidikan Sumenep Tak Berdaya, Kepala SMPN 2 Ra’as : Saya Bisa Remote Dari Asta
Hal dimaksud bertujuan agar semuanya jelas sebagai pertimbangan untuk kelangsungan Organisasi Nelayan yang fokus pada pemberantasan Purse Seine di perairan Sapeken.
Namun seperti biasanya, media okedaily.com masih kesulitan untuk mendapatkan tanggapan Rahman alias Mamang TKSK Sapeken atas keterlibatannya dalam dugaan pemalsuan dokumen Purse Seine milik Mardiansyah.