Okedaily.com, Sumenep – Tiga proyek yang diduga tidak jelas sumber anggaran dan pekerjaannya kembali ditemukan di Kecamatan Gayam Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Ketiga proyek itu adalah, Poktan Sumber Alam (Desa Kalowang), Poktan Jaya Abadi (Desa Prambanan) dan Poktan Sumber Rezeki (Desa Gendang Barat). Pada saat awak media memantau ke lokasi, juga tidak menemukan papan nama informasi yang dipasang.
Kasak-kusuk di lapangan, proyek tersebut dikabarkan sebagai bantuan Jalan Usaha Tani (JUT) dari Dinas Pertanian Sumenep yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Kekompok Tani (Poktan) di 3 Desa yang ada di Kecamatan Gayam.
Baca Juga : Ketua BPD dan Ketua Panitia Pilkades Sapeken Dipanggil Polres Sumenep
Baca Juga : Kegiatan Fiktif Desa Paliat Terungkap
Baca Juga : Kades Sabuntan : Saya Sudah Rencanakan Bangun Polindes di Pulau Sabuntan Tapi Ditolak
Baca Juga : Aksi Aliansi BEM Sumenep, Tampilkan Drama Ilustrasi Bismillah Melayani Investor
Masing-masing dari ketiganya, dikabarkan mendapatkan bantuan rabat beton dengan pagu anggaran yang sama, kisaran kurang lebih 200 Juta Rupiah.
Dari hasil penelusuran Okedaily.com, salah satu proyek JUT yang dikerjakan oleh kelompok tani Sumber Alam di Desa Kalowang, diduga dikerjakan dengan spesifikasi sembarangan alias tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Sebab, beberapa bahan yang dikumpulkan dan pekerjaannya disinyalir amburadul, terlihat juga bahan yang tidak ada di RAB, seperti pengadaan batu bata yang dijadikan sebagai bahan timbunan.
Saat awak media, mendatangi lokasi proyek untuk mengambil dokumentasi, justru mendapat perlakuan tidak baik dari salah satu pemuda yang tidak diketahui apa jabatannya dalam kelompok tani penerima proyek tersebut.
Pemuda tersebut mengeluarkan kata-kata menantang terhadap wartawan, seperti yang disampaikan Mas’udi, salah satu jurnalis dari lensamadura.com.
“Buka masker kamu, siapa yang nyuruh, bilang sama teman-teman media semuanya, suruh angkat ke berita, saya se abuenga (Saya yang mau perang, red),” ujar Mas’udi, meniru perkataan pemuda itu. Jumat, (05/11).
Hal itu, membuat sejumlah wartawan yang tergabung dalam Asosiasi Wartawan Sapudi sangat geram, sehingga mengungkap fakta kejanggalan proyek JUT di Desa Kalowang yang terkesan dilindungi itu.
Ternyata, pada saat ditelusuri, pemuda yang bertindak arogan tersebut, disinyalir sebagai salah satu ketua organisasi pemuda ternama di Sapudi. Namun sangat aneh, tindakannya seperti tidak mengetahui terhadap tugas wartawan.
“Sepertinya dia ketua pemuda, tapi kenapa menghalangi tugas wartawan, yang sudah jelas dilindungi Undang-undang,” katanya.
Tidak hanya itu, bahkan pemuda tersebut juga seolah-olah melindungi pekerjaan yang dinilai sangat fatal. “Saya bingung dia sebagai apa, padahal di struktur kelompok tani tidak ada namanya,” ungkapnya.
Akhirnya, akibat dari tindakan itu, awak media yang sedang melakukan investigasi di lapangan, tidak memperoleh keterangan apa-apa dari pihak kelompok. Karena cenderung dilindungi, hal itu membuat Mas’udi menulis sesuai temuan apa yang dirinya lihat.
Baca Juga : Aksi Copot Baju Bukti Pemkab Lucuti Identitasnya
Baca Juga : Kopri Sumenep Turun ke Jalan, Nur Waida : Aksi Bisu Seperti Bisunya Sang Penguasa
Baca Juga : CEODE Tumbuh Bersama BUMDes Sumenep di Masa Pandemi
Baca Juga : PNS Nakal SMPN 2 Ra’as, Sebelumnya Sudah Pernah Dilaporkan?
Merespon hal tersebut, Anggota LSM LIPK, Ahmadi, juga membenarkan, dirinya juga menduga pelaksanan rabat beton yang berada di pinggir jalan dekat Wisata Jembatan Mangrove (WJM) itu ada temuan material batu bata yang dijadikan sebagai campuran timbunan.
“Batu Kapur (batu bata, red) ini untuk apa. Apakah di RAB ini juga di anggarkan. Tapi untuk bagian apa,” tanyanya.
Ahmadi melanjutkan, bahwa tidak ada yang namanya batu kapur dijadikan dasar timbunan rabat beton. Bahkan kata dia, dirinya menduga bahwa itu sudah menyalahi RAB.
“Mau dilapisi berapapun ketebalannya itu tetap salah. Tidak ada namanya batu kapur dijadikan dasar pondasi rabat beton,” tambahnya.
Sampai berita ini diterbitkan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep, Arif Firmanto, belum berhasil dikonfirmasi. Bahkan saat dihubungi melalui pesan WhatsApp-nya juga tidak membalas.
Sejauh ini awak media tetap menelusuri lebih lanjut, dugaan penyimpangan yang terjadi dalam proyek JUT tersebut dan mencocokkan dengan RAB yang beredar ditangan awak media.